Jumat, 16 Mei 2014

PERUMPAMAAN MANUSIA DALAM AYAT-AYAT ALQUR'AN

1. Seperti Hewan Ternak Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS Al Araaf 179) Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?, atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu). (QS Al Furqaan 43-44) Dalam dua ayat di atas bagaimana Allah menyebut orang-orang yang menjadikan hawa nafsu sebagai panggilan hidup, sedangkan dia tidak memakai hati, peglihatan, dan pendengarannya untuk mentafakuri ayat-ayat Allah; sebagai hewan ternak atau bahkan lebih tersesat lagi dari itu. Hewan ternak, adalah hewan yang sudah hilang insting. Kemampuan fitrah ‘natural’ untuk mandiri bertahan hidup digantikan oleh kehidupan “menyenangkan” serba gratis dari gembala. Hidupnya hanyalah mengenyangkan perutnya dan menunggu disembelih. Begitulah Allah sejajarkan orang-orang yang “lupa” amanahnya sebagai makhluk dengan hewan ternak. Bahkan sebetulnya, hewan ternak saja masih tahu diri dengan menurut pada sang gembala bilamana terus diberi makan. 2. Seperti Anjing Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. (QS Al Araaf 176) Ternyata, dalam perumpamaan Al Qur’an, orang-orang yang dibacakan ayat-ayat Allah kepada mereka, lalu mereka mendustakannya dan memilih mengikuti hawa nafsu adalah bagaikan anjing. Anjing yang dimana jika dihalau mengulurkan lidah, pun ketika dibiarkan sama saja mengulurkan lidahnya. Analog dengan sifat orang-orang munafik, diajarkan Islam mereka mendustakan dengan mencaci, mencerca, mengejek; pun jika tidak disampaikan mereka lebih-lebih mencaci, mencerca, dan mengejek. Sifat yang Allah sebut sebetulnya mereka sedang mendzalimi diri mereka sendiri. 3. Seperti Monyet dan Babi Katakanlah: “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babidan (orang yang) menyembah thaghut?.” Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus. (QS Al Maidah 60) Ini cerita mengenai Yahudi yang melanggar kesucian hari Sabat. Hari Sabtu adalah hari yang khusus untuk beribadah bagi orang-orang Yahudi, dimana mereka dilarang berdagang, berburu, atau lainnya. Namun, justru Allah berikan kepada mereka ujian. Ikan pada hari Ahad-Jum’at amatlah sedikit, namun pada Sabtu justru melimpah ruah. Ini akhirnya membawa Yahudi pada murka Allah karena melakukan tipu muslihat kepada Tuhan.. Duh. Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik. (QS Al-A’raf 163) Mereka adalah penduduk Aylah. Demikian uraian Ibnu Katsir rahimahullahu dalam Tafsir-nya.[2] Dahulu, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan mereka mencurahkan tenaga, pikiran dan waktu untuk hari Jum’at. Tapi mereka mengatakan: “Kami akan berusaha untuk hari Sabtu, karena Allah selesai mencipta pada hari Sabtu.” Akhirnya ditetapkanlah bagi mereka hari Sabtu. Konon, mereka masih berpegang dengan ajaran Taurat dalam menghormati hari Sabtu di masa itu. Waktu itu, mereka diharamkan melakukan usaha dalam bentuk apapun. Sementara ikan-ikan banyak berenang dari laut ke tempat mereka dengan tenang dan aman tanpa diganggu sedikitpun. Tapi pada selain hari Sabtu, ikan-ikan itu tidak pernah datang lagi. Melihat hal ini, merekapun melakukan tipu muslihat agar dapat menangkap ikan-ikan tersebut. Mereka memasang tali, jaring dan perangkap serta menggali lubang ke arah tempat air yang sudah mereka buat untuk menampung ikan-ikan yang dihanyutkan oleh air laut. Sehingga kalau ikan-ikan itu sudah berada di dalam lubang itu, mereka tidak dapat keluar lagi untuk kembali ke laut. Mereka pun memasangnya pada hari Jum’at malam. Ketika ikan-ikan banyak datang pada hari Sabtu, mereka menutup jalur menuju laut sehingga ikan-ikan itu terperangkap. Barulah pada hari Ahad, mereka mengambil ikan-ikan tersebut. Akhirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala murka dan melaknat mereka karena perbuatan yang mereka lakukan untuk melanggar perintah-Nya serta apa yang diharamkan-Nya dengan sebuah tipu muslihat (hiyal). Secara kasat mata, seolah-olah mereka tidak berbuat apa-apa, padahal mereka telah melakukannya. Maka… Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: “Jadilah kamu kera yang hina“. Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS Al Baqarah 65-66). Ada diantara mereka kemudian yang melanggar kesucian ini dan Allah serupakan seperti kera dan babi. Sebagian ulama berpendapat bahwa ‘dijadikan kera’ dalam ayat tersebut benar-benar berubah secara fisik untuk dijadikan pelajaran pada masa itu. 4. Seperti Kayu Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)? (QS Al Munafiqun 63) Ayat ini memberi perumpamaan dari ayat sebelumnya yang menerangkan sifat orang-orang yang munafik. Bukan lagi binatang, orang-orang munafik ini diumpamakan seperti kayu. Kayu yang tersandar. Maksudnya untuk menyatakan sifat mereka yang buruk meskipun pernampakan luar mereka bagus-bagus dan mereka pandai berbicara, akan tetapi sebenarnya otak mereka adalah kosong tak dapat memahami kebenaran. Terpajang baik, namun tidak sebagai makhluk hidup yang berakal. 5. Seperti Batu Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. (QS Al Baqarah 74) Ayat ini menerangkan situasi kondisi dalam mukjizat Nabi Musa as. Saat itu, terjadi perselisihan diantara bani Israel tentang terbunuhnya seorang manusia. Masing-masing mereka tuduh-menuduh tentang siapa yang melakukan pembunuhan itu. Setelah mereka membawa persoalan itu kepada Musa a.s., Allah menyuruh mereka menyembelih seekor sapi betina agar orang yang terbunuh itu dapat hidup kembali dan menerangkan siapa yang membunuhnya setelah dipukul dengan sebahagian tubuh sapi itu. Dalam reaksi melihat mukjizat Nabi Musa ini, sedangkan diantara banyak hati batu yang keras, ada yang akhirnya terbelah dan mendapat hidayah karena takut kepada Allah; namun juga ternyata banyak orang yang ternyata hatinya lebih keras dari batu dengan tetap fanatik untuk ingkar terhadap Nabi Musa as. Ini mengingatkan sekali lagi kepada kita untuk menilai sesuatu secara proporsional. Tidak perlu mbulet bersikap. Untuk membuka pemikiran dan tidak fanatik. Untuk memberi ruang bagi hidayah untuk meresap ke dalam hati kita. 6. Seperti Laba-laba Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui. (QS Al Ankabut 41) Allah menyatakan bahwa orang-orang yang menjadikan segala sesuatu selain Allah sebagai pegangan adalah seperti membuat tempat perlindungan yang paling lemah. Seperti selemah-lemahnya sarang laba-laba. Seselain Allah, bisa itu berupa uang, jabatan, status sosial, atau apapun yang diagung-agungkan manusia itu tidak ada gunanya. Allah-lah sebaik-baik pelindung. 7. Seperti Keledai Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. (QS Al Jumuah 5) Ayat ini sebagai peringatan kepada kaum muslimin agar tidak berlaku seperti Yahudi yang tidak mengamalkan kitab suci mereka. Mereka diperumpamakan seperti keledai. Membawa kitab-kitab yang tebal di pundaknya, namun tak pernah dibaca apatah lagi bila diamalkan. AL-BAQARAH:26-27 A. Teks Ayat dan Terjemahnya إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ(*)الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ(*) Sesungguhnya Allâh tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allâh menjadikan ini untuk perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allâh, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allâh kecuali orang-orang yang fasik, (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allâh sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allâh (kepada mereka)untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.. Qs.2:26-27 B. Kaitan dengan ayat lain a. Dalam berbagai ayat, Allâh SWT memberikan perumpamaan agar manusia mau mempelajarinya dengan akal yang sehat, guna mendapatkan petunjuk dalam menempuh jalan yang benar. Perumpamaan itu antara lain: (1)perumpamaan tumbuhan yang menggambarkan kalimat baik dan buruk seperti dalam firman-Nya: أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ(*)تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُون(*)وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الْأَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ(*) Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allâh telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allâh membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. Qs.14:24-26 (2) perumpamaan babi dan kera, yang menggambarkan perangai yang buruk, seperti pada firman-Nya: قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِنْ ذَلِكَ مَثُوبَةً عِنْدَ اللَّهِ مَنْ لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ أُولَئِكَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضَلُّ عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ Katakanlah: “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu di sisi Allâh, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allâh, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?” Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus. Qs.5:60 (3) perumpamaan anjing, yang memberikan gambaran tentang manusia pengikut hawa nafsu, seperti pada firman-Nya: وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. Qs.7:176 (4) perumpamaan labah-labah tentang kelemahan pegangan orang musyrik, seperti pada firman-Nya: مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allâh adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui. Qs.29:41 (5)perumpamaan lalat, tentang lemahnya yang diperTuhankan musyrikin, seperti pada firman-Nya: يَاأَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allâh sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.Qs.22:73 Masih banyak lagi perumpamaan yang lainnya seperti semut, lebah, hujan, kilat, petir, batu, dan kisah terdahulu. Semua itu dijadikan Allâh SWT sebagai bahan pelajaran bagi umat manusia. Ayat 26 ini memberikan ketegasan bahwa Allâh SWT tidak segan-segan memberikan perumpamaan dengan apapun, walau hanya dengan seekor nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. b. Ayat-ayat sebelumnya memberikan gambaran tentang tiga golongan manusia (1) mu`min, (2) kafir, dan (3) munafiq, kemudian diserukan agar beribadah kepada Allâh menjauhi musyrik. Ayat 26-27 ini memberikan gambaran golongan manusia yang lainnya, yaitu orang fasiq. C. Tinjauan Historis 1. Diriwayatkan dari Ibn Abbas, diriwayatkan bahwa orang yahudi yang melecehkan ayat-ayat perumpamaan seperti labah-labah, lalat dan serangga lainnya. Ayat ini turun, sebagai penegasan terhadap mereka, bahwa jika tidak mengerti ma’nanya, bukan melecehkan tapi pelajari lebih jauh. Allâh SWT tidak akan merasa malu, atau canggung sedikit pun memberikan perumpamaan baik yang negatif maupun yang positif, baik yang besar ataupun yang kecil.[1] 2. Menurut Ibn Jarir (w.310H), tatkala Allâh SWT memberikan perumpamaan yang terkena petir, yang menyalakan api kemudian padam, sebagaimana diungkap ayat sebelumnya, orang munafiq berkomentar, untuk apa perumpamaan tersebut diungkapkan? Ayat 26 ini sebagai penegasan bahwa semua perumpamaan ada ma’nanya yang cukup penting dikaji.[2] 3. Kaum yahudi ketika ditantang untuk menunjukkan kelemahan Al-Qur`ân, tidaklah mempunyai kemampuan, karena ternyata tidak ada satu ayat pun yang diragukan kebenarannya. Demikian pula tatkala mereka diminta tandingan untuk membuat ayat yang sama dengan Al-Qur`ân, mereka pun tidak mampu. Karena mereka ingin mencari alasan untuk membantah kebenaran Al-Qur`ân, beralihlah sasaran pelecehan kepada perumpamaan. Ayat 26-27 ini memberikan ketegasan bahwa yang meragukan perumpamaan itu merupakan sifat orang fasiq. D. Tafsir Kalimat 1.إِنَّ الله لا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثلا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا Sesungguhnya Allâh tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Perkataan يَسْتَحْيِي berasal dari الحَياء yang berarti malu. إِنَّ الله لا يَسْتَحْيِي Allâh SWT tidak merasa malu, artinya tidak segan, tidak canggung, atau tidak takut dicela oleh siapapun. أَنْ يَضْرِبَ مَثلا مَا بَعُوضَةً untuk membuat perumpamaan, perbandingan walau hanya dengan بَعُوضَةً yaitu serangga terkecil seperti agas atau nyamuk atau yang lebih kecil dan lebih lemah dari itu. Kata فَوْقَهَا dalam bahasa Arab biasa berarti yang di atas. Dalam konteks ini berarti yang lebih dari itu, baik dalam bentuk, kedudukan atau sifatnya. بَعُوضَةً yang sering diartikan nyamuk, merupakan makhluq yang mesti mendapat perhatian untuk dipelajari. Apakah hewan kecil tersebut bisa dilambangkan sumber malapetaka seperti demam berdarah dan kolera, ataukah sebagai sumber mata pencaharian seperti produsen obat? Semua itu tergantung pada kemampuan manusia untuk mengambil hikmah dari ciptaan Allâh SWT tersebut. Ayat ini juga memberi isyarat betapa pentingnya mu`min mempelajari makhluq di ala mini, termasuk urusan nyamuk. Naymuk adalah makhluq kecil yang cukup banyak macamnya, antara lain 1. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, A. aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota. Mengingat keganasan penyakit demam berdarah, masyarakat harus mampu mengenali dan mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi persebaran penyakit demam berdarah. Ciri-ciri jentik Aedes aegypti : (1). Bentuk siphon besar dan pendek yang terdapat pada abdomen terakhir; (2) Bentuk comb seperti sisir; (3) Pada bagian thoraks terdapat stroot spine. Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti : (1) Bentuk tubuh kecil dan dibagian abdomen terdapat bintik-bintik serta berwarna hitam. (2) Tidak membentuk sudut 90º (3) Penyebaran penyakitnya yaitu pagi atau sore; (4) Hidup di air bersih serta ditempat-tempat lain yaitu kaleng-kaleng bekas yang bisa menampung air hujan; (5) Penularan penyakit dengan cara membagi diri. (6) Menyebabkan penyakit DBD. Perilaku dan siklus hidup Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari. Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang mengisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar bunga ataupun tumbuhan. Jenis ini menyenangi area yang gelap dan benda-benda berwarna hitam atau merah. Demam berdarah kerap menyerang anak-anak karena anak-anak cenderung duduk di dalam kelas selama pagi hingga siang hari dan kaki mereka yang tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini. 2. Anopheles (nyamuk malaria) Anopheles (nyamuk malaria) merupakan salah satu genus nyamuk. Terdapat 400 spesies nyamuk Anopheles, namun hanya 30-40 menyebarkan malaria (contoh, merupakan “vektor”) secara alami. Anopheles gambiae adalah paling terkenal akibat peranannya sebagai penyebar parasit malaria (contoh. Plasmodium falciparum) dalam kawasan endemik di Afrika, sedangkan Anopheles sundaicus adalah penyebar malaria di Asia. Anopheles juga merupakan vektor bagi cacing jantung anjing Dirofilaria immitis. Sering orang mengenalnya sebagai salah satu jenis nyamuk yang menyebabkan Penyakit Malaria. “nyamuk malaria banyak terdapat di rawa-rawa, saluran-saluran air, dan permukaan air yang terekspos sinar matahari. Ia bertelur di permukaan air.” nyamuk ini hinggap dengan posisi menukik atau membentuk sudut. Sering hinggap di dinding rumah atau kandang. Warnanya bermacam-macam, ada yang hitam, ada pula yang kakinya berbercak-bercak putih. Waktu menggigit biasanya dilakukan malam hari. Banyak jenis nyamuk anopheles yang bisa menyebabkan penyakit malaria. Ada anopheles sundaicus yang banyak terdapat di air payau, seperti di Kepulauan Seribu. nyamuk ini berkembang biak di lingkungan yang banyak ditumbuhi ganggang. Ia akan meletakkan telurnya di ganggang hijau yang banyak reniknya, sehingga begitu menetas, jentiknya langsung mendapat makanan renik yang hidup di antara ganggang tersebut. Ada lagi anopheles maculatus dan anopheles balabacensis yang banyak terdapat di perbukitan, seperti di Bukit Manoreh, Yogyakarta. Biasanya nyamuk ini bertelur di mata air, di air rembesan, atau di sungai yang tak deras airnya, seperti di antara bebatuan sungai. Ada lagi anopheles aconitus yang banyak hidup di daerah pesawahan atau saluran-saluran air yang ada rumputnya. Selain yang sudah disebutkan, masih banyak lagi jenis anopheles lainnya. Menurut Soeroto ada sekitar 70 jenis nyamuk ini. Penyakit malaria yang ditimbulkan pun jenisnya bermacam-macam, tergantung jenis parasitnya. Semisal, ada malaria falsiparum, vivak, ovale, dan malariae. Selain itu, nyamuk anopheles bisa juga menyebabkan penyakit kaki gajah. a. Ciri-ciri kehidupannya (1) Sangat dipengaruhi kelembaban dan suhu; (2) Menggigit pada malam hari; (3) Jarak terbang 0,5-3 km; (4) Umur di laboratorium dewasanya 3-5 minggu; b. ciri-ciri jentik nyamuk Mansonia : (1) Bentuk siphon seperti tanduk; (2) Jentik nyamuk mansonia menempel pada akar tumbuhan air; (3) Pada bagian toraks terdapat stoot spine. c. Ciri-ciri nyamuk anopheles: (1) Bentuk tubuh kecil dan pendek; (2) Antara palpi dan proboscis sama panjang; (3) Menyebabkan penyakit malaria; (4) Pada saat hinggap membentu sudut 90º ; (5) Warna tubunya coklat kehitam; (6) Bentuk sayap simetris; (7) Berkembang biak di air kotor atau tumpukan sampah; Nyamuk dewasa mempunyai proboscis yang berfungsi untuk menghisap darah atau makanan lainnya (misal, nektar atau cairan lainnya sebagai sumber gula). Nyamuk jantan bisa hidup sampai dengan seminggu, sedangkan nyamuk betina bisa mencapai sebulan. Perkawinan terjadi setelah beberapa hari setelah menetas dan kebanyakan perkawinan terjadi disekitar rawa (breeding place). Untuk membantu pematangan telur, nyamuk menghisap darah, dan beristirahat sebelum bertelur. Salah satu ciri khas dari nyamuk anopheles adalah pada saat posisi istirahat menungging. Nyamuk Culex sp Ciri-ciri jentik nyamuk Culex (1) Bentuk siphon langsing dan kecil yang terdapat pada abdomen terakhir. (2) Bentuk comb tidak beraturan. (3.) Jentik nyamuk Culex membentuk sudut di tumbuhan air(menggantung). Ciri-ciri nyamuk Culex (1) Palpi lebih pendek dari pada probocis. (2) Bentuk sayap simetris. (3) Berkembang biak di tempat kotor atau di rawa-rawa. (4) Penularan penyakit dengan, cara membesarkan tubuhnya. (5) Menyebabkan penyakit filariasis (6) Warna tubuhnya coklat kehitaman Nyamuk Mansonia Ciri-ciri jentik nyamuk Mansonia : (1) Bentuk siphon seperti tanduk, (2) Jentik nyamuk; (3) mansonia menempel pada akar tumbuhan air. (4) Pada bagian toraks terdapat stoot spine. Ciri-ciri nyamuk Mansonia: (1) Pada saat hinggap tidak membentuk sudut 90º; (2) Bentuk tubuh besar dan panjang; (3) Bentuk sayap asimetris; (4) Menyebabkan penyakit filariasis (5) Penularan penyakit dengan cara membesarkan tubuhnya. Allâh SWT tidak segan dan tidak malu untuk memberikan perumpamaan semacam ini, karena merupakan kebenaran. Apakah perumpamaan tersebut mengandung manfaat ataukah tidak, sangat tergantung pada persepsi manusia itu sendiri. Nyamuk yang beragam bentuk dan sifatnya menjadi bahan pelajaran bagi umat yang beriman. 2. فَأَمَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, Orang mu’min dengan mengkaji perumpamaan yang diberikan Allâh SWT akan semakin tebal dan tmabh imannya. Mereka semakin yakin bahwa kebenaran itu hanyalah yang datang dari Allâh SWT. 3. وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللهُ بِهَذَا مَثلا tetapi mereka yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allâh menjadikan ini untuk perumpamaan?” orang kafir justru masih mempertanyakan tentang nilai yang terkandung dalam perumpamaan itu. Mereka tidak mengerti tentang ayat Allâh, karena hatinya telah tertutup, matanya buta, dari kebenaran. Dalam Qs.29:41 yang diturunkan sebelum ayat ini perumpamaan yang diambil adalah labah-labah sebagai simbol orang musyrik. Mereka seperti yang membuat rumah yang lemah dalam rumah yang kuat. Orang musyrik itu berlindung dalam rumah yang lemah. Selanjutnya Qs.2:19 yang lalu berisi tamsil bagi orang munafiq yang selalu ketakutan. Ternyata makhluq Allâh itu mengandung hikmah yang cukup banyak. Ada makhluq lemah tapi memiliki kemampuan mena’jubkan seperti labah-labah, ada yang kuat tapi tidak memiliki kekuatan seperti manusia musyrik yang mengantungkan diri pada yang tidak berdaya. 4.يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allâh, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dengan perumpamaan tersebut ada manusia yang semakin sesat, ada pula yang dapat mengkajinya secara baik hingga meraih petunjuk dari Allâh SWT. Dengan demikian perumpamaan itu apakah berdampak postitif atau berdampak negatif tergantung pada manusia menanggapi dan menyikapinya. 5.وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلا الْفَاسِقِينَ Dan tidak ada yang disesatkan Allâh kecuali orang-orang yang fasik. Orang mu`min tidak akan tersesat dengan perumpamaan seperti apapun. Yang tersesat adalah orang fasiq. 6. الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allâh sesudah perjanjian itu teguh, Ayat 27 ini tidak bisa pisah ma’nanya dengan ayat 26, sebagai penjelasan sifat orang fasiq. Mereka sudah berjanji dengan menyatakan iman, tapi perbuatannya berbeda dengan keyakinan. 7. وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ dan memutuskan apa yang diperintahkan Allâh (kepada mereka) untuk menghubungkannya. Mereka telah berjanji dengan mengucapkan kalimah syahadat untuk menjalin hubungan baik dengan Allâh SWT dengan ibadah, serta menjalin hubungan baik sesama manusia dalam kehidupan sosial. Namun mereka tidak memanifestasikan janjinya pada perbuatan. Bahkan وَيُفْسِدُونَ فِي الأَرْضِ dan membuat kerusakan di muka bumi. أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ Mereka itulah orang-orang yang rugi. Orang fasiq akan menderita kerugian, karena telah menipu diri sendiri, dengan mengaku beriman tapi tidak menjalankan keimanannya. E. Beberapa Ibrah 1. Perumpamaan atau tamsil perlu dikaji untuk dijadikan bahan pelajaran. Hanya orang yang mampu mengambil pelajaran dari berbagai tamsil Qur`ani yang bakal meraih petunjuk. 2. Ayat tentang nyamuk diselipkan di sela-sela ayat aqidah dan ibadah. Ini memberi isyarat bahwa sebagi mu`min yang harus beriman dan amal shalih, selain mentadabburi ayat al-Qur`an, diperlukan juga tafakkur alam, bahkan sampai makhluq kecil seperti nyamuk. 3. Sifat orang fasiq menurut ayat ini antara lain (1) tidak mengambil petunjuk dari tamsil Qur`ani, (2) telah menyatakan iman, tapi tidak memenuhi kewajiban keimanan, (3) memutuskan tali silat al-rahim, (4) berbuat kerusakan di muka bumi, (5) mudah tergoda untuk melanggar aturan Ilahi. 4. Orang fasiq bakal menderita kerugian, baik di dunia kini, maupun di akhirat kelak. Dalam rangka peningkatan keimana, maka mesti tekun mepelajari al-Qur`an dan meneliti alam. Dengan tadabbur al-Qur`an dan tafakkur alam tersebut diharapkan menjadi mu`min yang sejati jauh dari kefasikan dan kemunafikan. 5. Perumpamaan yang disampaikan al-Qur`an akan menjadi pelajaran berharga bagi umat beriman. Jika perumpamaan tersebut menimbulkan kesesatan, berarti yang mempelajarinya dalam keadaan fasiq. Nyamuk dalam ayat ini sebagai bahan kajian dan pelajaran. Dengan nyamuk ada manusia menjadi menderita, karena tidak menggunakan akal fikirannya untuk mengambil manfaat. Ada pula orang yang marih manfaat dengan nyamuk tersebut, karena mampu menggunakan akal fikirannya. 6. Belajar dari nyamuk sungguh sangat menarik perhatian. Ayat tersebut secara tidak langsung memotivasi dan mengilhami kita semua untuk mau belajar dari nyamuk. Karena tidak mungkinkan Allah SWT membuat perumpamaan tanpa ada pelajaran berharga yang dapat dipetik oleh yang mau mempelajarinya. Dari sekian banyak makhluk Allah, fakta empirik menunjukkan nyamuk merupakan serangga yang paling banyak membunuh manusia, meskipun ukurannya tergolong sangat kecil. Menurut sebuah riwayat, raja superdiktator, Namrud juga mati karena telinganya dipenuhi dan digigit nyamuk. Hampir setiap hari ada saja warga meninggal akibat terkena DBD. Tidak sedikit pula warga yang terserang cikungunya yang virusnya juga ditularkan melalui gigitan nyamuk. Mengapa manusia banyak mati karena nyamuk daripada karena gigitan ular atau binatang buas lainnya? Fakta tersebut setidaknya menjadi pelajaran yang sangat bernilai bagi manusia. Pertama, siapa pun yang ingin terbebas dari bahaya nyamuk tentu harus menjaga kebersihan lingkungan. Dalam hal ini, peluang untuk perkembangbiakan nyamuk perlu diminimalisir, misalnya dengan menguras dan membersihkan bak atau penampungan air secara rutin, mengubur barang-barang bekas, dan menangkal diri dari gigitan nyamuk dengan tanaman pengusir nyamuk atau obat anti nyamuk. Kedua, nyamuk telah menginspirasi pentingnya profesi dokter di bidang penyakit akibat gigitan nyamuk. Nyamuk juga mengilhami aneka ragam produk obat anti nyamuk. Hal ini tentu menguntungkan para produsen, pekerja, pegawai, dan sebagainya. Belum ada produk ‘penolak’ yang melebihi produk anti nyamuk. Jadi, nyamuk sesungguhnya dapat menyebabkan kematian, sekaligus kehidupan bagi banyak orang. Tidak terhitung berapa banyak orang yang dapat bertahan hidup karena bekerja pada perusahaan produksi obat nyamuk. Ketiga, nyamuk memang suka usil dan mengganggu kenyamanan tidur kita. Tapi ketika menggigit dan mengisap darah kita, nyamuk pada dasarnya melatih kesabaran dan ‘kedermawanan’ kita untuk mendonorkan sebagian darah yang kita miliki. Keempat, nyamuk merupakan objek penelitian yang sangat menantang. Menurut Harun Yahya, manusia sering salah paham terhadap nyamuk. Misalnya, makanan nyamuk adalah darah manusia, padahal tidak semua nyamuk mengisap darah manusia. Hanya nyamuk betina yang mengisap darah manusia. Nyamuk jantan ada yang mengisap dedaunan, buah-buahan, dan lainnya. Ketajaman penciuman dan kemampuan menyuntik, bagaimana virus ditularkan nyamuk kepada manusia, dan lainnya sungguh menantang para ilmuwan untuk menemukan jawabannya secara ilmiah. Nyamuk sering disepelekan manusia, padahal ia merupakan salah satu serangga yang banyak memberi pelajaran bagi manusia. Karena itulah Allah SWT membuat perumpamaan dengannya. Hikmah di balik penciptaan nyamuk itu sungguh luar biasa. Tidak hanya mendorong kita selalu menjaga kebersihan lingkungan, melainkan juga menginspirasi kita untuk mengembangkan riset ilmiah untuk memajukan ilmu pengetahuan. Ayat-ayat Al Quran Berhubungan dengan ilmu fisika GEJALA FISIS “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”. (Al Imran :190) Dalam ayat diatas kita diberi petunjuk, setidaknya tersirat beberapa makna antara lain adalah: alam semesta yang senantiasa berproses tanpa henti dan menyajikan banyak sekali gejala dalam seluruh dimensi ruang dan waktu yang terus berkembang. ” Hanya kepada Allah lah tunduk/patuh segala apa yang ada dilangit dan di bumi baik atas kesadarannya sendiri ataupun karena terpaksa, (dan sujud pula) bayang-bayangnya diwaktu pagi dan petang” (ar Raad :15) Dalam ayat ini Allah SWT mengingatkan kita bahwa apapun nama dan bentuk gejala yang ditunjukan-Nya selalu mengikutisuatu sistem dengan hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya. ” Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah diwaktu senja, dan dengan malam dan apa yang diselubunginya. Dan dengan bulan apabila jadi purnama, sesungguhnya kamu melalui tingkat-demi tingkat”. (Al Insyiqaaq 16-19) Allah SWT menampilkan gejala fisis untuk diartikan sebagai perumpamaan antara lain behwa terdapat 3 tahap yang harus dilalui manusia yaitu : pertama, adanya ketidaktahuan kita seperti kita melihat dalam kegelapan malam. Kedua, adanya keragu-raguan kita seperti halnya kepekaan kita melihat cahaya merah di waktu senja dan ketiga, ditunjukan-Nya gejala fisis serta penjelasan secara nyata dan membawa isyarat keindahan dan keagungan-Nya. MODEL DAN PERUMUSAN FISIKA ” Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Qur’an ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat memetik pelajaran “ (az Zumar :27) “Kepunyaan Allah lah segala apa yang dilangit dan dibumi, Sesungguhnya Allah, Dialah Maha kaya lagi Maha Terpuji. “(Luqman :26) Untuk memenuhi keingintahuan terhadap rahasia-rahasia alam ini penjelasan-penjelasannya selalu dipakai pendekatan-pendekatan dalam bentuk atau keadaan yang sederhana atau keadaan-keadaan ideal. Keadaan ideal ini dinyatakan dalam bentuk perumusan matematika yang selanjutnya kita sebut sebagai hukum-hukum fisika. BESARAN FISIS ” Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”. (Al Qamar: 49) ” Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (Al Furqan :2) Kedua ayat diatas mengisyaratkan bahwa kata ” Ukuran” adalah apa yang ada di alam ini dapat dinyatakan dalam dengan dua peran, yang pertama sebagai bilangan dengan sifat dan ketelitian yang terkandung didalamnya dan yang keduanya sebagai hukum atau aturan. DIMENSI DAN RUANG “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami disegenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup ( bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu ?” (Al Fushshilat :53) Dalam kata kata “tanda-tanda (kekuasaan) Allah” tersirat sifat dan perilaku seluruh ciptaan Nya dengan berbagai proses dan gejalanya. Adapun yang terkandung dalam pengertian “ufuk”, selain yang berlaku sebagai dimensi ruang juga termasuk dalam makna dimensi-dimensi. DINAMIKA “Tidak ada balasan kebaikan kecuali dengan kebaikan pula.” (Ar Rahman: 60) Secara harfiah dapat diartikan bahwa munculnya balasan kebaikan merupakan buah dari interaksi. Dalam ayat ini tersirat pula makna dari pemberian dan balasan berupa potensiyang dimiliki suatu benda. USAHA DAN ENERGI “Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdekatan … (ar Rad : 4) Secara harfiah diartikan sebagai berdekatan dalam dimendi tempat, sebagi daerah, wilayah, negara dsb. Yang mempunyai potensi baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya yang mengolah, mengembangkan dan meningkatkan.. Berikutnya potensi tersebut saling dipertukarkan baik dari sisi keunggulan komparatif maupun kompetitif. IMPLUS DAN MOMENTUM ” Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakan, dan mereka tidak akan merugikan.” (Al Jaatsiyah :22) Ayat diatas merupakan penjabaran interaksi yang terjadi dialam secara lebih luas lagi. Interaksi tidak sekedar saling pengaruh mempengaruhi, saling memberi dan saling menerima antar manusia, mahluk atau benda. GETARAN ” Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam al Qur’an ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah mahluk yang paling banyak membantah.” (Al Kahfi :54) Ayat diatas merupakan pernyataan Allah SWT tentang kandungan al Quran yang mengingatkan kita dengan berbagai perumpamaan secara berulang-ulang. Apabila kita perluas makna ayat diatas dengan peristiwa atau gejala fisis bahwa Allah menciptakan alam semesta dengan wujudnya atau materinya selalu bergerak secara berulang-ulang. Gerak berulang dalam ruang berdimensi satu sering kita sebut sebagai getaran. GELOMBANG ” Dan diantara tanda -tanda kekuasaanNya ialah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmatNya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintahNya dan supaya kamu dapat mencari karuniaNya, mudah-mudahan kamu bersyukur.” (Ar Ruum : 46) Secara umum “angin” disini sebagai angin yang bertiup membawa awan untuk menurunkan air hujan dan angin yang meniup kalpal layar agar dapat berlayar dilautan. Kita merasakan kedekatan makna “angin” dalam ayat ini adalah gelombang, bukan saja gelombang bunyi yang membawa berita tetapi juga gelombang radio atau gelombang elektromagnet yang mampu dipancarkan kesegala penjuru dunia bahkan seluruh jagad raya ini. ELASTISITAS ” Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca.” (ar Rahman: 7) Dalam ayat ini tersirat yang berhubungan dengan kenyataan yang telah diketahui manusia dari berbagai gejala yang terlihat atau telah dilakukan percobaan dan pengukurannya. Dalam kaitan masalah yang akan di bahas di sini, bukan peristiwa pemuaiannya atau keseimbangannya , namun ada suatu sifat yang menertai dalam peristiwa itu yaitu sifat kelenturan atau elastis. FLUIDA BERGERAK DAN MENGALIR ” Dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan) Allah bagi kaum yang berakal. (Al Jaatsiyah : 5) ” Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari padanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaanNya bagi kaum yang berfikir.” (Al Jaatsiyah : 13) Kedua ayat diatas sangat berkaitan erat dengan teknologi keudaraan.. Diawali dengan ayat 5, dengan terjemahan “tshriifirriyaahi” sebagai perkisaran angin kita dituntun untuk mempelajari sifat fluida yang bergerak atau mengalir. Disambung oleh ayat 13, menegaskan dasar dari teknologi keudaraan. SUHU DAN KALOR “Dan Dia {menundukan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainnan macamnya, sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaannya. (An Nahl :13) Secara harfiah memang kita melihat dan merasakan banyak wujud dan jenis benda yang diciptakan Allah SWT. Dibalik itu banyak juga yang tidak tampak dan berupa sifat atau potensi, antara lain seperti energi yang disediakan untuk manusia. Energi itu termasuk suhu dan kalor. BESI Besi adalah salah satu unsur yang dinyatakan secara jelas dalam Al Qur’an. Dalam Surat Al Hadiid, yang berarti “besi”, kita diberitahu sebagai berikut: “…Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia ….” (Al Qur’an, 57:25) Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di bumi melainkan kiriman dari bintang-bintang yang meledak di ruang angkasa melalui meteor-meteor dan “diturunkan ke bumi”, persis seperti dinyatakan dalam ayat tersebut: Jelaslah bahwa fakta ini tidak dapat diketahui secara ilmiah pada abad ke-7 ketika Al Qur’an diturunkan. MAGNET DAN LOGAM “Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (Al Qur’an, 36:36) “…setiap partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan … … dan hubungan ketidakpastian mengatakan kepada kita bahwa penciptaan berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam vakum di setiap saat, di setiap tempat.” RELATIVITAS WAKTU Albert Einstein, secara terbuka membuktikan fakta ini dengan teori relativitas. Ia menjelaskan bahwa waktu ditentukan oleh massa dan kecepatan. Dalam sejarah manusia, tak seorang pun mampu mengungkapkan fakta ini dengan jelas sebelumnya. Tapi ada perkecualian; Al Qur’an telah berisi informasi tentang waktu yang bersifat relatif! Sejumlah ayat yang mengulas hal ini berbunyi: “Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut perhitunganmu.” (Al Qur’an, 22:47) “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” (Al Qur’an, 32:5) “Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.” (Al Qur’an, 70:4) Dalam sejumlah ayat disebutkan bahwa manusia merasakan waktu secara berbeda, dan bahwa terkadang manusia dapat merasakan waktu sangat singkat sebagai sesuatu yang lama: “Allah bertanya: ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?’ Mereka menjawab: ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.’ Allah berfirman: ‘Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui’.” (Al Qur’an, 23:122-114)